” Tiap periode kepemimpinan, setiap pemimpin mempunyai gaya yang berbeda. Tiap orang mempunyai keunikan masing-masing. Dibutuhkan kepekaan dan keterbukaan untuk bisa memaknai perbedaan itu. “
Banyak yang mengatakan bahwa keberhasilan sebuah organisasi berada di tangan dingin pemimpinnya. seorang pemimpin disebut handal jika dirinya tidak hanya mampu menjadi pemimpin, tetapi juga “mengorganisir” unsur-unsur yang terdapat dalam organisasinya, mengorganisir anggota dengan segala karakteristiknya, kegiatan dalam organisasi, menjalin relasi dengan orang lain, termasuk menjaga hubungan baik dengan anggota. Hal yang terakhir ini cukup berat dilakukan mengingat seorang pemimpin akan berhadapan dengan karakteristik personal yang bermacam-macam dengan segala tuntutan ataupun pengabdiannya dalam organisasi. Beberapa pemimpin mengalami kegagalan kepemimpinan hanya karena faktor kelemahan kemampuan pemimpin menggalang sumber daya manusia dalam organisasi. Mungkin buruk juga bila ada pemimpin yang merasa ” menjadi orang yang salah di tempat yang benar “. Jika demikian, siapakah yang keliru, pemimpinkah, anggota yang memilih, atau karena alasan klise “tidak ada calon lain”.
Dalam kalimat pembuka menyiratkan bahwa anggota organisasi diminta untuk memahami karakter tiap pemimpin dan memakluminya. Kesan membandingkan antar pemimpin diupayakan seminimal mungkin dilakukan dikarena faktor perbedaan gaya dan karakter pemimpin tersebut. Jika demikian, bagaimana kondisi anggota ?. Apakah masih bisa tetap bekerja dengan baik sekalipun memegang teguh pada visi dan misi organisasi, bukan tergantung pada siapa pemimpinnya. Pergolakan relasi antar personil ini tidak akan mungkin dihindari karena manusiawi terjadi demikian dalam sebuah relasi. Bahkan mungkin fluktuasi naik turunnya, bertambah atau berkurangnya anggota dan aktivitas organisasi juga terjadi karena persoalan-persoalan sumber daya internal.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan ?
Bagi pemimpin : ” peka ” melihat situasi anggota karena walau bagaimanapun anggota seperti akar-akar pohon yang membuat pohon tersebut lebih kokoh. Anggota adalah ranting-ranting tempat tumbuh daun yang dapat memberi perlindungan dari terik matahari. Pemimpin juga perlu ” rendah hati ” seperti padi. Hal ini cukup sulit bagi para pemimpin dikarenakan perlu penekanan pada diri pemimpin sendiri bahwa dirinya adalah ” raja ” tetapi juga ” hamba “.
Bagi ranting-ranting : ” paham ” kondisi pemimpin. Terkadang sebuah pohon tidak selamanya tumbuh subur. Tidak selamanya pohon berdiri kokoh menyokong ranting-rantingnya.
Tetapi yang terutama yang harus dilakukan agar sebuah roda organisasi berputar baik :
- Komunikasi. Informasi tidak akan tersampaikan dengan baik tanpa diberitahukan. Komunikasi masa sekarang bisa dilakukan melalui media elektronik yang lebih canggih seperti telepon, sms, atau bahkan datang dan berhadapan sendiri untuk membina relasi langsung dengan anggota
- Kerjasama. Kekeliruan seorang pemimpin, sebenarnya kesalahan anggota. Kekeliruan anggota, akan menjadi beban bagi pemimpinnya. Maka perlu saling mendukung dan mengingatkan.
- Setiap orang adalah pemimpin. Jika saat ini bukan kita yang menjadi pemimpinnya, maka suatu saat nanti, kita yang akan memimpin. Maka pahami karakter pemimpin yang diharapkan dan berlatihlah!.
- Rendah hati. Untuk yang satu ini, saya tidak komentar karena sikap ini yang menjadi dasar dari kelancaran semuanya. (lwd)